MAKALAH
ETIKA
PROFESI AKUNTANSI
(ETIKA
BISNIS)
NAMA : FADLILLAH FIRDAUS
NPM : 20208470
KELAS : 4EB01
Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2011
I. PENDAHULUAN
Apabila
moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan etika
bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela
dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu
mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang
seimbang, selaras, dan serasi.
Etika
sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat akan dapat membimbing dan
mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang
harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus
disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok
yang terkait lainnya. Mengapa ?
Dunia
bisnis, yang tidak ada menyangkut hubungan antara pengusaha dengan pengusaha,
tetapi mempunyai kaitan secara nasional bahkan internasional. Tentu dalam hal
ini, untuk mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan yang transparan
antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat maupun bangsa lain
agar jangan hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain
berpijak kepada apa yang mereka inginkan. Artinya kalau ada pihak terkait yang
tidak mengetahui dan menyetujui adanya etika moral dan etika, jelas apa yang
disepakati oleh kalangan bisnis tadi tidak akan pernah bisa diwujudkan. Jadi,
jelas untuk menghasilkan suatu etika didalam berbisnis yang menjamin adanya
kepedulian antara satu pihak dan pihak lain tidak perlu pembicaraan yang
bersifat global yang mengarah kepada suatu aturan yang tidak merugikan siapapun
dalam perekonomian.
Dalam menciptakan etika dalam berbisnis, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung
jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat,
menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,
menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang
berkelanjutan, mampu mengatakan yang benar itu benar, konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama,
menumbuhkan sikap
saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha kebawah,
menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati, dan perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu
hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
Dengan
adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk
melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita optimis
salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi pada tahun ini dapat
diatasi.
II. PEMBAHASAN
1.1 Etika
Menurut para ahli, etika tidak lain
adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya
dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai,
kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti
yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:
- Drs. O.P.
SIMORANGKIR : etika atau
etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang
baik.
- Drs. Sidi
Gajalba dalam sistematika
filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang
dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
- Drs. H.
Burhanudin Salam : etika
adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia
menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kitauntuk mengambil keputusan
tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama
bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita,
dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika
Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:
• Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah,
etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau
tindakan manusia.
• Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata
cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia yang terikat dengan
pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.Pengertian
dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya;
antara lain:
·
Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk
ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak
·
Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan
memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia.
·
Ilmu watak manusia yang ideal, dan
prinsip-prinsip moral sebagai individual.•
·
Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban
Macam-macam Etika
Dalam membahas Etika sebagai
ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya
dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh
dan menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan
antara kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan
jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan
dengan etika, terdapat dua macam etika sebagai berikut:
1.
Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai
fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai
suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat
disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai
dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.
2.
Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya
dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan
normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang
disepakati dan berlaku di masyarakat.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika
tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu
sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik
buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena
adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang
deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap
perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup
informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat
informatif, direktif dan reflektif.
1.2 Bisnis
Bisnis adalah
suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen
atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata
dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan
yang mendatangkan keuntungan.
Dalam ekonomi
kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk
untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik
dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital
yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini,
misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua
anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana
bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat
pekerja.
Secara etimologi,
bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan
pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga
penggunaan, tergantung skupnya — penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk
pada badan usaha,
yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari
laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor
pasar tertentu, misalnya “bisnis pertelevisian.” Penggunaan yang paling luas
merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang
dan jasa.
Tujuan Bisnis
Setiap Bisnis atau perusahaan
berusaha mengolah bahan untuk dijadikan produk yang diperlukan oleh konsumen
produk dapat berupa barang atau jasa. Tujuan perusahaan membuat produk adalah
untuk mendapatkan laba, yakni imbalan yang diperoleh perusahaan dari penyediaan
suatu produk bagi konsumen. 4 faktor produksi dalam perusahaan : Sumber Daya
Alam, Sumber Daya Manusia, Modal, danInformasi
1.3 Etika Bisnis
Secara
sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana
kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan
tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika
bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena
dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak
teratur oleh ketentuan hukum.
Etika
bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting , yaitu untuk
membentuk suatu perusahan yang kokoh dan meniliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai yang tinggi, diperlukan suatu landasan
yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan
startegis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanankan secara
konsisten dan konsekuen. Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika
bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun
jangka panjang karena :
a.
Mampu mengurangi biaya akinat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
b.
Mampu mengkatkan motivasi pekerja
c.
Melindungi prinsip kebebasan berniaga
d.
Mampu meningkatkan keunggulan bersaing
Tidak
bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan sangat kontra
produktif. Hal tersebut akan menurunkan nilai penjualan maupun nilai
perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika
bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan
bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan
yang tidak etis. Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan
sehari-hari maka nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan
ke dalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
a.
Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik
b.
Memperkuat sistem pengawasan
c.
Menyelenggarakan pelatihan untuk karyawan secara terus-menerus
1.4 Etika Bisnis Yang Baik
Dalam dunia bisnis secara praktis, kita
harus mengoperasionalkan etika bisnis sehingga dapat diterapkan dalam pekerjaan
sehari-hari. Berikut ini adalah 10 Prinsip di dalam menerapkan Etika
Bisnis yang positif:
1. Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika
pribadi: Tidak ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika
pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan
nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran.
2. Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness.
Apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur?
Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi
kesempatan yang sama? Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.
3. Etika Bisnis itu membutuhkan integritas.
Integritas merujuk pada keutuhan pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis
yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas.
Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen.
4. Etika Bisnis itu membutuhkan kejujuran.
Bukan jamannya lagi bagi perusahaan untuk mengelabuhi pihak lain dan
menyembunyika cacat produk. Jaman sekarang adalah era kejujuran.
Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya.
5. Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai.
Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian,
maka secara etis Anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau
stake-holder Anda.
6. Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis.
Sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas
masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam
ruang hampa. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan,
stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan
tersebut terhadap praktik bisnis.
7. Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan
eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan
karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang
rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi
kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal dll. Singkatnya, ruang
lingkup etika bisnis itu universal.
8. Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan.
Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem
kendali internal dan bertumbuh. Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita
hidup pada saat ini dan mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak
punya rencana untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.
9. Etika Bisnis itu berdasarkan nilai.
Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis.
Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut
norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu, perumusannya harus
jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.
10. Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan. Ada
pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari kepalanya.” Kepemimpinan sangat
berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika
akan menjadi teladan bagi anak buahnya.
Di dalam persaingan dunia usaha
yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga yang tidak dapat
ditawar lagi. Seorang konsumen yang tidak puas, rata-rata akan mengeluh kepada
16 orang di sekitarnya. Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah
dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif. Memperlakukan karyawan,
konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur
adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis
sekarang.
1.5 Penerapan Etika Bisnis Dalam Prakteknya
Bagaimanakah
perusahaan riil telah benar-benar berusaha untuk menerapkan etika ke dalam
bisnis. Perusahaan Merck and Company dalam menangani masalah “river blindness”
sebagai contohnya ;
River
blindness adalah penyakit sangat tak tertahankan yang menjangkau 18 juta penduduk
miskin di desa-desa terpencil di pinggiran sungai Afrika dan Amerika Latin.
Penyakit dengan penyebab cacing parasit ini berpindah dari tubuh melalui
gigitan lalat hitam. Cacing ini hidup dibawah kulit manusia, dan bereproduksi
dengan melepaskan jutaan keturunannya yang disebut microfilaria yang menyebar
ke seluruh tubuh dengan bergerak-gerak di bawah kulit, meninggalkan
bercak-bercak, menyebabkan lepuh-lepuh dan gatal yang amat sangat tak
tertahankan, sehingga korban kadang-kadang memutuskan bunuh diri.
Pada
tahun 1979, Dr. Wiliam Campbell, ilmuwan peneliti pada Merck and Company,
perusahaan obat Amerika, menemukan bukti bahwa salah satu obat-obatan hewan
yang terjual laris dari perusahaan itu, Invernectin, dapat menyembuhkan parasit
penyebab river blindness. Campbell dan tim risetnya mengajukan permohonan
kepada Direktur Merck, Dr. P. Roy Vagelos, agar mengijinkan mereka
mengembangkan obat tersebut untuk manusia.
Para
manajer Merck sadar bahwa kalau sukses mengembangkan obat tersebut, penderita
river blindness terlalu miskin untuk membelinya. Padahal biaya riset medis dan
tes klinis berskala besar untuk obat-obatan manusia dapat menghabiskan lebih
dari 100 juta dollar. Bahkan, kalau obat tersebut terdanai, tidak mungkin dapat
mendistribusikannya, karena penderita tinggal di daerah terpencil. Kalau obat
itu mengakibatkan efek samping, publisitas buruk akan berdampak pada penjualan
obat Merck. Kalau obat murah tersedia, obat dapat diselundupkan ke pasar gelap
dan dijual untuk hewan,sehingga menghancurkan penjualan Invernectin ke dokter
hewan yang selama ini menguntungkan.
Meskipun
Merck penjualannya mencapai $2 milyar per tahun, namun pendapatan bersihnya
menurun akibat kenaikan biaya produksi, dan masalah lainnya, termasuk kongres
USA yang siap mengesahkan Undang-Undang Regulasi Obat yang akhirnya akan
berdampak pada pendapatan perusahaan. Karena itu, para manajer Merck enggan
membiayai proyek mahal yang menjanjikan sedikit keuntungan, seperti untuk river
blindness. Namun tanpa obat, jutaan orang terpenjara dalam penderitaan menyakitkan.
Setelah banyak dilakukan diskusi, sampai pada kesimpulan bahwa keuntungan
manusiawi atas obat untuk river blindness terlalu signifikan untuk diabaikan.
Keuntungan manusiawi inilah, secara moral perusahaan wajib
mengenyampingkanbiaya dan imbal ekonomis yang kecil. Tahun 1980 disetujuilah
anggaran besar untuk mengembangkan Invernectin versi manusia.
Tujuh
tahun riset mahal dilakukan dengan banyak percobaan klinis, Merck berhasil
membuat pil obat baru yang dimakan sekali setahun akan melenyapkan seluruh
jejak parasit penyebab river blindness dan mencegah infeksi baru. Sayangnya
tidak ada yang mau membeli obat ajaib tersebut, termasuk saran kepada WHO,
pemerintah AS dan pemerintah negara-negara yang terjangkit penyakit tersebut,
mau membeli untuk melindungi 85 juta orang beresiko terkena penyakit ini, tapi
tak satupun menanggapi permohonan itu. Akhirnya Merck memutuskan memberikan
secara gratis obat tersebut, namun tidak ada saluran distribusi untuk
menyalurkan kepada penduduk yang memerlukan. Bekerjasama dengan WHO, perusahaan
membiayai komite untuk mendistribusikan obat secara aman kepada negara dunia
ketiga, dan memastikan obat tidak akan dialihkan ke pasar gelap dan menjualnya
untuk hewan. Tahun 1996, komite mendistribusikan obat untuk jutaan orang, yang
secara efektif mengubah hidup penderita dari penderitaan yang amat sangat, dan
potensi kebutaan akibat penyakit tersebut. Merck menginvestasikan banyak uang
untuk riset, membuat dan mendistribusikan obat yang tidak menghasilkan uang,
karena menurut Vegalos pilihan etisnya adalah mengembangkannya, dan penduduk
dunia ketiga akan mengingat bahwa Merck membantu mereka dan akan mengingat di
masa yang akan dating. Selama bertahun-tahun perusahaan belajar bahwa tindakan
semacam itu memiliki keuntungan strategis jangka panjang yang penting.
III.
PENUTUP
Dengan
adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua pihak untuk
melaksanakannya, kita optimis dalam menghadapi era globalisasi pada tahun ini
dapat diatasi. Karena bawasannya
etika dalam berbisnis merupakan sebuah kontradiksi istilah karena ada
pertentangan antara etika dan minat pribadi yang berorientasi pada pencarian
keuntungan. Ketika ada konflik antara etika dan keuntungan, bisnis lebih
memilih keuntungan daripada etika. Buku Business Ethics mengambil pandangan
bahwa tindakan etis merupakan strategi bisnis jangka panjang terbaik bagi
perusahaan – sebuah pandangan yang semakin diterima dalam beberapa tahun
belakangan ini. Pelanggaran
etika bisnis itu dapat melemahkan daya saing hasil industri dipasar
internasional. Ini bisa terjadi sikap para pengusaha kita. Lebih parah lagi
bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara umum
dan tidak pengikat itu. Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis
membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan
membawa kerugian tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi
nasional. Disadari atau tidak, para pengusaha yang tidak memperhatikan etika
bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anneahira.com/artikel-umum/etika-bisnis.htm
http://adesyams.blogspot.com/2009/09/tentang-etika-bisnis.html